GASTROENTERITIS
A. Pengertian
Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan
air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali
defekasi (Hendarwanto, 2003).
Menurut WHO (1980) gastroenteritis adalah buang air
besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
Gastroenteritis ialah keadaan frekuensi buang air
besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan
konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan
darah (Ngastiyah, 1997).
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi
pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai
muntah (Sowden,et all.1996)
B. Etiologi
1. Faktor infeksi
a)
Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama gastroenteritis, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.
coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi
virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit
(E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans)
b)
Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem
pencernaan yang dapat menimbulkan gastroenteritis seperti: otitis media akut,
tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab gastroenteritis yang terpenting pada
bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan:
Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun
dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan
cemas)
C. Patofisiologi
Mekanisme
dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah:
Penyebab gastroenteritis akut adalah
masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau
toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya),
parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis
akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui
fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui
penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare
adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare
). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat
dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan
gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi
darah
patofisiologi |
D.
Manifestasi
klinis
Manifestasi klinis
klien dengan gangguang gastroenteritis :
·
Diare
yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara menetap atau berulang à panderita akan
mengalami penurunan berat badan.
·
Berak kadang bercampur dengan darah.
·
Tinja yang berbuih.
·
Konsistensi tinja tampak berlendir.
·
Tinja
dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak
·
Penderita merasakan sekit perut.
·
Rasa
kembung.
·
Kadang-kadang demam.
E.
Komplikasi
Ø Dehidrasi
Ø Renjatan hipovolemik
Ø Kejang
Ø Bakterimia
Ø Mal nutrisi
Ø Hipoglikemia
Ø Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
F.
Pemeriksaan
diagnostic
Pemeriksaan diagnostic pada klien dengan gastroenteritis
:
1. Laboratoris (pemeriksaan darah)
1. Laboratoris (pemeriksaan darah)
Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan
kolitis). Anemia terjadi pada penyakit malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia
dan avitaminosis D, peningkatan serum albumin, fosfatase alkali dan masa
protrombin pada klien dengan malabsorbsi. Penuruna jumlah serum albumin pada
klien penyakit chron.
2. Radiologis
- Barrium Foloow through à penyakit chron.
- Barrium enema skip lession, spasme pada sindroma kolon iritable.
3. Kolonoskopi
Pemeriksaan ini
di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.
G.
Penatalaksanaan
Medis
ü Pemberian cairan.
ü Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita
dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu
diperhatikan :
b) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
c)
Obat-obatan.
-
Racecordil
adalah Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan
konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk
terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan
ketergantungan.
-
Loperamide merupakan golongan opioid yang
bekerja dengan cara emeperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi
otot sirkuler dan longitudinal usus.
-
Nifuroxazide
adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia coli,
Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa.
Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
-
Dioctahedral
smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara
in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap
toksin, bakteri, serta rotavirus.
Keterangan:
Pemberian cairan,pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
Pemberian cairan,pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
ü cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
ü Cairan parenteral
.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
H. Asuhan Keperawatan
·
Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa
data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, psikal assessment.
Pengkajian
data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
Ø Identitas
klien.
Ø Riwayat
keperawatan.
·
Awalan serangan : ,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia
kemudian timbul diare.
·
Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila
kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan
menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,tonus dan turgor kulit
berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
Ø
Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita,riwayat pemberian imunisasi.
Riwayat penyakit yang diderita,riwayat pemberian imunisasi.
Ø
Riwayat psikososial keluarga.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari penyakit anaknya,mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
Ø
Kebutuhan dasar.
·
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu
BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang.
·
Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
·
Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena
adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
·
Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
·
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh
yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
Ø Pemerikasaan
fisik.
·
Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak
lemah,kesadran composmentis sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan
lemah,pernapasan agak cepat.
·
Pemeriksaan sistematik :
§ Inspeksi
: mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat badan
menurun,anus kemerahan.
§ Perkusi
: adanya distensi abdomen.
§ Palpasi
: Turgor kulit kurang elastis.
§ Auskultasi
: terdengarnya bising usus.
·
Pemeriksaan tinglkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
·
Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
·
Diagnosa
Keperawatan
1. Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan
muntah.
3. Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
4. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis
dan pengobatan.
Diagnosa 1
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit b/d output yang berlebihan ditandai dengan
klien berak cair lebih dari 3 sehari, mual, muntah, klien lemah, turgor kulit
menurun.
·
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawan
selama 3 x 24 jam diharapkan keseimbangan cairan pasien kembali normal.
·
Kriteria hasil :
-
Intake dan output seimbang
-
Diare berhenti.
-
Turgor kulit baik
-
Tidak mual dan
muntah
-
Mukosa bibir lembab
-
Kadar elektrolit dalam batasan normal :
*
Natrium = 3,5 –5,5 mEq/l
*
Kalium = 135-145 mEq/l
·
Rencana tindakan :
1.
Lakukan pendekatan pada penderita.
R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.
2.
Catat frekuensi, jumlah dan konsistensi faces yang
keluar.
R : memudahkan membuat asuhan keperawatan secara tepat untuk intervensi
selanjutnya.
3.
Anjurkan penderita untuk minum banyak (sedikit-sedikit
sering).
R : untuk mengganti caiaran yang hilang.
4.
Kolaborasai dengan tim dokter dalam pemberian obat dan
infus.
R : terapi yang tepat dan cepat dapat mempercepat
kesembuhan dan mencegah komplikasi secara dini.
5.
Monitoring tanda-tanda dehidrasi.
R : mendeteksi secara dini tanda-tanda dehidrasi.
6.
Anjurkan penderita untuk tidak makan makanan yang
merangsang timbulnya diare.
R : untuk mencegah diare lebih lama lagi.
Diagnosa
2
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d absorbsi yang tidak adekuat ditandai dengan
klien mengalami anorexia, nause dan vomiting, klien tidak menghabiskan porsi
makan yang disajikan
·
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi tubuh pasien dapat terpenuhi.
·
Kriteria hasil :
-
Intake nutrisi yang adekuat.
-
Mual, muntah tidak ada.
-
Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disajikan.
-
Hb dalam batas normal = 12-17 gr%
-
Klien tidak terlihat anemis
·
Rencana Tindakan
1.
Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.
2.Kaji tingkat nutrisi klien.
R : untuk mengetahui keadaan nutrisi klien.
3.Beri makanan dalam porsi kecil
tetapi sering.
R : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
2. Hitung
BB.
R: untuk mengetahui apakah ada
penurunan berat badan selama perawatan.
3.
Kolaborasi dengan tim medis (kokter) dalam pemberian terapi.
R: untuk mengetahui jenis obat yang dapat
diberikan
Diagnosa 3
Gangguan
istirahat – tidur b/d eliminasi yang sering dan tidak terkontrol serta kram
abdomen ditandai dengan klien sering terbangun, pucat, gelisah dan lemah.
·
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperwatan
selama 2 x 24 jam, diharapkan pasien dapat istirahat – tidur dengan tenang.
·
Kriteria Hasil:
-
Dapat istirahat tidur dengan tenang.
-
Kram abdomen tidak ada.
-
Diare berhenti.
·
Rencana Tindakan
1.
Lakukan pendekatan pada penderita dan keluarganya.
R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.
2.
Berikan suasana lingkungan yang nyaman dan tenang.
R : dapat membantu kenyamanan dan ketenangan klien.
3.
Kolaborasi dengan tim medis (dokter) untuk pemberian
obat.
R : membantu proses kesembuhan.
Diagnosa 4
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
·
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam diharapkan gangguan integritas kulit dapat teratasi.
·
Kriteria hasil:
-
Integritas kulit kembali normal.
-
iritasi tidak
ada.
-
tanda-tanda
infeksi tidak ada
·
Intervensi:
Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.
Diagnosa 5.
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis
dan pengobatan.
·
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 30 menit diharapkan pengetahuan keluarga tentang penyakit meningkat.
·
Kriteria hasil :
-
Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien,
ekspresi wajah tenang, keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses
penyakit klien.
·
Intervensi :
-
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat
pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien. Jelaskan tentang proses
penyakit klien dengan melalui penkes. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada
yang belum dimengertinya. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada
klien.
-
R: pemberian informasi mengenai kesehatan sangat bermanfaat
bagi klien untuk bisa menerapkan dalam kesehariannya.
·
Evaluasi
- Volume cairan dan elektrolit adekuat sesuai kebutuhan.
-
Turgor kulit kembali baik
-
Tidak terjadi dehidrasi
-
Mukosa mulut dan bibir lembab
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
-
Nutrisi klien terpenuhi sesuai diet yang dianjurkan
-
Intake nutrisi klien klien meningkat
-
Tidak terjadi mual, muntah setelah makan
- Integritas kulit kembali normal.
-
Tidak ada iritasi pada kulit klien
-
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada kulit klien
- Rasa aman nyaman terpenuhi.
-
Tidak terjadi kejang akibat tidak bisa menahan rasa
sakitnya
-
Nyeri dapat berkurang / hilang
-
Ekspresi wajah tenang
- Pengetahuan kelurga meningkat.
-
Klien mengerti tentang proses penyakitnya
-
Mengerti tentang cara mempertahankan kesehatannya yang
sekarang
-
Mengerti tentang pencegahan penyakitnya
Daftar Pustaka
A.H. Markum,
1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah, 997,
Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price &
Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,
Ed.4, EGC, Jakarta
Soetjiningsih
1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman &
Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono,
1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley &
Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda
company, USA.