Minggu, 22 Januari 2012


GASTROENTERITIS

A.    Pengertian
Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 2003).
Menurut WHO (1980) gastroenteritis adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
Gastroenteritis ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996)
B.     Etiologi 

1.      Faktor infeksi
a)      Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans)
b)      Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan gastroenteritis seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2.      Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab gastroenteritis yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3.      Faktor Makanan:
Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4.      Faktor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas)
C.    Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah:
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah
patofisiologi
  
D.    Manifestasi klinis

Manifestasi klinis klien dengan gangguang gastroenteritis :

·         Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara    menetap atau berulang à panderita akan mengalami penurunan berat badan.
·         Berak kadang bercampur dengan darah.
·         Tinja yang berbuih.
·         Konsistensi tinja tampak berlendir.
·          Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak
·         Penderita merasakan sekit perut.
·          Rasa kembung.
·          Kadang-kadang demam.

E.     Komplikasi
Ø  Dehidrasi
Ø  Renjatan hipovolemik
Ø  Kejang
Ø  Bakterimia
Ø  Mal nutrisi
Ø  Hipoglikemia
Ø  Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

F.     Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic pada klien dengan gastroenteritis :
1. Laboratoris (pemeriksaan darah)
 Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia terjadi pada penyakit malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan avitaminosis D, peningkatan serum albumin, fosfatase alkali dan masa protrombin pada klien dengan malabsorbsi. Penuruna jumlah serum albumin pada klien penyakit chron.

2. Radiologis
- Barrium Foloow through à penyakit chron.
- Barrium enema  skip lession, spasme pada sindroma kolon iritable.

3. Kolonoskopi
Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.


G.    Penatalaksanaan Medis
ü  Pemberian cairan.
ü  Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
a)      Memberikan asi.
b)     Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
c)      Obat-obatan.
-          Racecordil  adalah Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan.
-          Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara emeperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus.
-          Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
-          Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus.
Keterangan:
Pemberian cairan,pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.

ü  cairan per oral.

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.

ü  Cairan parenteral
.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
H.    Asuhan Keperawatan
·         Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal assessment.
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
Ø  Identitas klien.
Ø  Riwayat keperawatan.
·         Awalan serangan : ,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
·         Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,tonus dan turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
Ø  Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita,riwayat pemberian imunisasi.
Ø  Riwayat psikososial keluarga.

Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari penyakit anaknya,mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
Ø  Kebutuhan dasar.
·         Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang.
·         Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien.
·         Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
·         Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
·         Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
Ø  Pemerikasaan fisik.
·         Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran composmentis sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat.
·         Pemeriksaan sistematik :
§  Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
§  Perkusi : adanya distensi abdomen.
§  Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
§  Auskultasi : terdengarnya bising usus.
·         Pemeriksaan tinglkat tumbuh kembang.

Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.

·         Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
·         Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah.
3.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
4.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis dan pengobatan.
Diagnosa 1
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d output yang berlebihan ditandai dengan klien berak cair lebih dari 3 sehari, mual, muntah, klien lemah, turgor kulit menurun.
·         Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawan selama 3 x 24 jam diharapkan keseimbangan cairan pasien kembali normal.
·         Kriteria hasil :
-          Intake dan output seimbang
-          Diare berhenti.
-          Turgor kulit baik
-          Tidak mual dan  muntah
-          Mukosa bibir lembab
-          Kadar elektrolit dalam batasan normal :
*     Natrium = 3,5 –5,5 mEq/l
*     Kalium = 135-145 mEq/l

·         Rencana tindakan :
1.      Lakukan pendekatan pada penderita.
R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.
2.      Catat frekuensi, jumlah dan konsistensi faces yang keluar.
R : memudahkan membuat asuhan keperawatan secara tepat untuk intervensi selanjutnya.
3.      Anjurkan penderita untuk minum banyak (sedikit-sedikit sering).
R : untuk mengganti caiaran yang hilang.          
4.      Kolaborasai dengan tim dokter dalam pemberian obat dan infus.
R : terapi yang tepat dan cepat dapat mempercepat kesembuhan dan mencegah komplikasi secara dini.
5.      Monitoring tanda-tanda dehidrasi.
R : mendeteksi secara dini tanda-tanda dehidrasi.
6.      Anjurkan penderita untuk tidak makan makanan yang merangsang timbulnya diare.
R : untuk mencegah diare lebih lama lagi.
Diagnosa 2
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d absorbsi yang tidak adekuat ditandai dengan klien mengalami anorexia, nause dan vomiting, klien tidak menghabiskan porsi makan yang disajikan
·         Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi tubuh pasien dapat terpenuhi.
·         Kriteria hasil :
 -  Intake nutrisi yang adekuat.
-    Mual, muntah tidak ada.
-    Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disajikan.
-    Hb dalam batas normal = 12-17 gr%
-    Klien tidak terlihat anemis
·         Rencana Tindakan
1.                              Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.
2.Kaji tingkat nutrisi klien.
R : untuk mengetahui keadaan nutrisi klien.
3.Beri makanan dalam porsi kecil tetapi sering.
R : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
2.   Hitung BB.
R: untuk mengetahui apakah ada penurunan berat badan selama perawatan.
3. Kolaborasi dengan tim medis (kokter) dalam pemberian terapi.
R: untuk mengetahui jenis obat yang dapat diberikan
Diagnosa 3
Gangguan istirahat – tidur b/d eliminasi yang sering dan tidak terkontrol serta kram abdomen ditandai dengan klien sering terbangun, pucat, gelisah dan lemah.
·        Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 2 x 24 jam, diharapkan pasien dapat istirahat – tidur  dengan tenang.
·        Kriteria Hasil:
-          Dapat istirahat tidur dengan tenang.
-          Kram abdomen tidak ada.
-          Diare berhenti.
·        Rencana Tindakan
1.      Lakukan pendekatan pada penderita dan keluarganya.
R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.
2.      Berikan suasana lingkungan yang nyaman dan tenang.
R : dapat membantu kenyamanan dan ketenangan klien.
3.      Kolaborasi dengan tim medis (dokter) untuk pemberian obat.
R : membantu proses kesembuhan.


Diagnosa 4
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
·        Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan gangguan integritas kulit dapat teratasi.
·        Kriteria hasil:
-          Integritas kulit kembali normal.
-           iritasi tidak ada.
-           tanda-tanda infeksi tidak ada
·        Intervensi:
 Observasi bokong dan perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.

Diagnosa 5.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis dan pengobatan.
·        Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan pengetahuan keluarga tentang penyakit meningkat.
·        Kriteria hasil :
-          Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang, keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.

·         Intervensi :
-          Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
-          R: pemberian informasi mengenai kesehatan sangat bermanfaat bagi klien untuk bisa menerapkan dalam kesehariannya.
·         Evaluasi
  1. Volume cairan dan elektrolit adekuat sesuai kebutuhan.
-          Turgor kulit kembali baik 
-          Tidak terjadi dehidrasi
-          Mukosa mulut dan bibir lembab
  1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
-          Nutrisi klien terpenuhi sesuai diet yang dianjurkan
-          Intake nutrisi klien klien meningkat
-          Tidak terjadi mual, muntah setelah makan 
  1. Integritas kulit kembali normal.
-          Tidak ada iritasi pada kulit klien
-          Tidak ada tanda-tanda infeksi pada kulit klien
  1. Rasa aman nyaman terpenuhi.
-          Tidak terjadi kejang akibat tidak bisa menahan rasa sakitnya
-          Nyeri dapat berkurang / hilang
-          Ekspresi wajah tenang
  1. Pengetahuan kelurga meningkat.
-          Klien mengerti tentang proses penyakitnya
-          Mengerti tentang cara mempertahankan kesehatannya yang sekarang
-          Mengerti tentang pencegahan penyakitnya


Daftar Pustaka
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4,    EGC, Jakarta
Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company, USA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar